Cerpen Motivasi Pendidikan Penuh Makna Perjuangan
Contoh Cerpen Motivasi Pendidikan (Ilustrasi : Pixabay.com) |
Menulisindonesia.com
– Inilah Cerpen Motivasi Pendidikan yang menceritakan
tentang kesulitan, keteguhan dan kesuksesan yang penuh makna.
Sebuah contoh cerita pendek yang menceritakan perjuangan
seseorang yang ingin terus belajar dan meraih strata tertinggi dalam
pendidikan.
Cerpen berjudul “Berakar
Duri Berpuncuk Cahaya” ini Karya: Annisa Syifa Malabbi - SMP IT Permata Bunda Islamic
Boarding School.
Ia salah satu peseta kelas kepenulisan Yuk Menulis
Indonesia bersama Yoga Pratama selaku mentor kepenulisannya.
Cerpen ini sungguh mengharukan, dan pembaca akan sangat
menikmati. Karena ceritanya tak sekedar bercerita, tetapi benar benar hidup.
Ia benar benar mampu menciptakan Cerpen Motivasi
pendidikan yang penuh perjuangan dan makna dalam meraih kesuksesan.
Berikut cerpen motivasi pendidikan karya Annisa berjudul Berakar Duri Berpuncuk Cahaya ini:
Cerpen Motivasi Pendidikan : Berakar Duri Berpuncuk Cahaya
Ilustrasi : Cerpen Motivasi Pendidikan | Ilustrasi Pixabay.com |
“Bukan memandang seberapa tinggi pangkat jabatanmu, bukan
memandang seberapa besar penghasilanmu. Selama itu halal dan baik asal mulanya
tak perlu takut untuk maju. Hanya orang yang tidak mengerti arti kehidupan jika
ia memandang seseorang dari sesuatu yang tidak harus dilihat. Selain kerja keras, usaha, dan hasil.”
Abiyyu Faizal Ramadhan, nama yang bapak dan ibu berikan
ketika melihat dunia pertamaku.
Ayah pernah bilang, “kesuksesan hanya ada di tangan masing-masing
setiap orang, Ayah dan ibu hanya bisa berdoa
sebaik mungkin untuk kamu yang terbaik. Ingat awali semua dengan sesuatu yang
baik, maka akan berujung baik pula.”
Ayah dan ibu mengajarkan banyak hal kepadaku. Mulai dari
kerja keras, bertanggung jawab, sampai hidup bersyukur, dan tidak melupakan
kewajiban kepada sang maha kuasa.
Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, namun
harmonis. Nyaman untuk tempat keluh kesah hingga berbagi cerita.
Ayah bekerja sebagai kuli, dengan penghasilannya yang
tidak tetap. Ibu hanya sebagai ibu rumah tangga.
Pernah ibu bersih keras meminta bekerja, untuk menambah
biaya kehidupan kami. Tapi ayah melarang.
Dengan kondisi yang tidak memungkinakan membuat kami
khawatir ketika ibu bekerja.
Ibu menderita penyakit
gagal ginjal. Penyakit yang ibu derita sejak
lama. Terkadang sedih melihat kondisi ibu.
Harus bolak balik ke rumah sakit untuk kontrol ke dokter.
Yang membutuhkan biaya cukup mahal setiap bulannya.
Di sisi lain, aku ingin mencapai impian terbesarku, yaitu
kuliah.
Namun dengan kondisi keuangan kami tak memungkinkan aku
untuk meminta biaya kuliah kepada ayah dan ibu.
Hingga aku memutuskan untuk kuliah secera diam-diam. Di selang
waktu kuliah aku bisa bekerja untuk
menambah sedikit beban kedua orang tuaku.
Aku memilih jurusan kedokteran, terinspirasi dari ibu
yang sekarang sedang sakit-sakitan.
Baca
Juga: Cerpen Tentang Kehidupan Manusia dan Alam
***
Sinar matahari masuk melewati sela-sela tirai yang
membuatku terbangun dari tidur. Kulirik jam yang menghiasi kamar kecil milikku,
yang berukuan 2 x 1,5 m. Jam menunjukan pukul 06.00 AM Kondisi ibu semakin parah. Dan aku harus mengganti kan
ibu untuk mengurus rumah. Dari memasak, membereskan rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya.
Aku baru akan berangkat kuliah ketika semua pekerjaan
rumah selesai. Aku harus berbohong kepada ibu dan ayah akan keberangkatan kuliahku.
Tidak mau merepotkan mereka dengan memikirkan biaya
kuliah. Dan aku memutuskan untuk tidak memberi tahu mereka, hingga hari yang
tepat untuk dibicarakan.
Hari semakin siang. Satu jam lagi aku harus berangkat
kekampus.
Rumah yang sudah kubereskan, ibu yang sudah kuberi makan,
dan Abiyya yang sudah berangkat sekolah dari 3 jam yang lalu membuatku tenang
untuk meninggalkan rumah.
Ayah sudah berangkat dari jam 05.00 subuh tadi. Kini
waktunya aku bersiap-siap diri untuk berangkat kuliah.
Motor tua milikku sudah siap untuk berangkat. Hanya
memerlukan waktu 25 menit untuk sampai dikampus.
Baca
Juga: Cerpen Penyesalan Datang
Belakangan
Sesampainya di kampus, aku memarkirkan motor di sebuah
tempat khusus motor. Dan berjalan sedikit lebih cepat untuk ke kelas. Karena 25
menit lagi kelas akan dimulai.
Terdapat sekitar 15 orang yang sudah berada di ruangan.
Terutama kedua teman akrabku, Ahmad dan Deno.
Mereka sosok teman yang sangat mendukung apa yang aku
impikan. Bahkan mereka tak segan-segan untuk membantu.
Aku menghampiri mereka yang sedang asik berbincang. Ahmad
yang menyadari kedatanganku, langsung menyambut dengan senyum khasnya.
Begitu pula dengan Deno. Aku berjalan menuju sebuah kursi
dekat dengan Ahmad dan Deno.
Seperti biasa aku jarang ikut campur akan pembicaraan
mereka, dan memilih untuk membaca beberapa materi kuliah. Mereka memahami sikapku
yang seperti ini.
Tak kusadari kelas sudah ramai, dan buk Mela, dosenku
sudah berada dalam kelas. Segera aku menutup buku.
Bu Mela banyak membantuku, pernah iya membayar ongkos ke
Makassar untuk mengikuti lomba. Tanpa mengecewakan beliau, aku berhasil meraih
juara pertama.
“Baik, hari ini saya akan memberi beberap materi untuk
kalian rangkum dan presentasikan di pertemuan besok. Kelompoknya yang sudah
saya bagian pekan kemarin,” katanya dengan antusias. Semua menjawab dengan
semngat, berbeda dengan aku. Lagi lagi harus mengeluarkan biaya untuk
presentasi besok. Yang membutuhkan biaya cukup banyak.
Baca
Juga: Kisah Inspiratif Untuk Siswa :
Renungan Perubahan
Bu Mela keluar kelas dari 5 menit yang lalu. Dan aku
masih asik mencatat materi yang telah diberinya.
Ahmad dan Deno pulang lebih awal hari ini. Ada pekerjaan
yang harus mereka lakukan.
Aku menyusuri koridor kelas. Terdengar hinaan-hinaan yang
setiap hariku dengar.
Walaupun tak semua menghina tapi tetap saja membuat
telingaku panas. Aku harus tetap bersabar.
“Itu kan si tukang
becak bukan sih?”
“Eh ada tukang becak.”
“Hey, jangan kayak gituh, kasian tauk.”
“Diliat-liat kasian juga ya.”
Aku mempercepat langkah kaki, untuk tidak mendengarkan
perkataan mereka. Ya, inilah kehidupan sehari-hariku.
Tapi di sisi lain masih ada oarang yang mau mendukung dan
menyemangatiku untuk terus maju. Dengan perkataan mereka aku tidak boleh putus
semangat untuk bekerja.
Dan menjadikan sebuah motivasi diri. Setelah ini aku
memutuskan untuk kembali kerumah dan langsung bekerja.
Sekarang aku berada di sebuah pangkalan becak. Namanya
manusia, ada yang suka ada yang tidak.
Bahkan di tempat itu aku masih harus mendengar perkataan
mereka yang tidak menyukai dengan apa yang aku kerjakan.
Baca
Juga: Cerpen Tentang Keterbatasan
Fisik Yang Sukses
“Woi Faizal, kenapa lu kemaren gak ngebecak?” aku membalas dengan
senyum. Kemarin aku tidak bekerja karena sakit ibu sangat parah. Membuatku
harus tidak bekerja, dan memilih untuk merawat ibu.
“Kasian amat sih lu Faiz, napa gak bapak lu aja yang kerja. Harusnya lu tuh fokus
kuliah bukan kerja kayak gini.”
“Maaf, abang salah, tak setiap waktu ayah yang harus
bekerja, di umurnya yang sekarang seharusnya ayah tidak lagi merasakan lelahnya
pekerjaan, dan merasakan masa tuanya. Saya hanya meringankan pekerjaan ayah.
Dan saya bersyukur bisa sedikit membantu ayah,” jelasku.
Tono yang ku panggil abang itu hanya membalas senyum
menyeringai. Dari pada memperpanjang masalah, kuputuskan untuk menjauhi Bang
Tono.
Pekerjaan dengan hasil yang baik membutuhkan kesabaran.
Penumpang becakku hari ini tak sebanyak penumpang kemarin. Tapi tetap aku harus
bersyukur.
Sore menjelang malam ini aku harus kembali ke rumah.
Masih banyak yang harus aku kerjakan di rumah. Takut ayah belum kembali ke rumah.
Di perjalanan, aku menemukan seseorang bapak tua yang sepertinya membutuhkan bantuan.
Langsung aku mendekati bapak tersebut.
Ia tersenyum lesu kepadaku. Ada beberapa uang hasil
pekerjaanku hari ini, baiknya kuberikan setengah dari uangku itu.
“Bapak, saya punya beberapa sedikit uang untuk bapak.
Tolong terima ya pak.”
“Te.. terima.. kasih nak, semoga kamu dipermudahkan dalam
segala ujianmu,” kata bapak itu dengan suara lemah.
“Amiin ya rabb,” aku pun langsung pergi kerumah.
Mempercepat langkahku.
Percayalah
sesuatu yang kita lakukan saat ini akan terbalas dikemudian hari. Yang tak
pernah kita duga-duga.
Jangan pernah merasa bahwa Tuhan tak adil, masih banyak
manusia yang lebih tidak beruntung darimu.
Dan
Jangan karena masalah serta ujianmu itu menghalang kebaikan yang ada dalam
diri.
Baca
Juga: Cerpen Jogja dan Kenangan :
Yogyakarta Aku Kembali
***
Ilustrasi Pixabay.com : Contoh Cerpen Motivasi Pendidikan |
“Assalamualaikum ibu, ayah?” Aku membuka pinu yang
langsung disambut Abiyya dengan tingkah bocahnya.
“Waalaikumsalam, kakak! Yey kakak udah balik.
He.. he.. kayak biasanya,” ia menjulurkan tangannya meminta
uang dariku.
“Nih,” kuserahkan beberapa lembar ribuan
kepada Abiyya.
“Hari ini kakak gak kasih
sebanyak hari kemarin!”
Ia sering meminta uang
kepada ku, entah buat apa. Tapi aku mendukungnya, karena setiap uang yang kuberi
selalu ditabung.
“Nggak masalah kok, makasih kakak.”
“Sama-sama Abiyya!”
“Ibu di mana? Ayah udah balik?” Tanya ku kepada Abiyya
“Ibu ada kok di kamar. Ayah juga udah balik dari tadi,”
aku membalas dengan anggukan. Mengerti. Kuhampiri ayah dan ibu yang berada dalam
kamar. Kucium pundak telapak tangan mereka dan kupeluk ayah. Membayangkan
betapa senangnya mereka ketika aku wisuda nanti. Semoga saja itu terjadi.
“Nak, apakah baiknya kamu berhenti bekerja? Lanjutkan
pendidikanmu saja. Insya Allah ayah sanggup membiayai kuliahmu.”
Ayah ingin aku kuliah, dan berhenti bekerja. Uang yang
kudapat dari hasil pekerjaanku jarang ibu dan ayah ambil, bahkan menyuruhku
untuk menabungnya.
“Ayah tak perlu repot-repot memikirkan kuliah, birkan aku
bekerja yah, untuk membantu keuangan keluarga. Toh aku anak pertama yang
seharusnya membantu ayah, biarkan Abiyya saja yang melanjutkan pendidikannya.
Yah, bu kesuksesan itu banyak cara,” aku berusaha membuat mereka mengerti.
“Tapi apakah kamu yakin akan terus-terusan seperti ini,
tidak kuliah, dan harus bekerja? Bahkan banyak orang yang menghinamu nak.”
“Abaikan saja apa yang mereka katakan. Kita cukup bedoa
saja. Usaha tak akan bakal menyiakan hasil.“
“Aku ke kamar dulu yah, bu,” aku langsung pergi ke kamar.
Ayah yang tak bisa memaksa keinginanku hanya bisa terdiam. Dan ibu tersenyum
lesu.
Baca
Juga: Cerpen Dongeng : Gajah dan
Semut
Ayah, ibu memang tidak tahu akan kuliahku saat ini. Dan
aku membiarkan itu berjalan sendiri. Biarkan waktu yang memberi tahu mereka.
“Ya Rabb apakah pilihanku ini baik? Berbohong untuk tidak
menyulitkan mereka
apa kah ini yang terbaik? Ya Rabb permudahkanlah semuanya,” kataku memohon.
Kuliah hari ini berjalan seperti biasa. Pamit kepada ibu
dengan alasan keluar sebentar, teman-teman yang masih tidak menyukaiku, dan
presentasi yang berjalan sempurna.
Semua persiapan presentasi sudah siap tanpaku ketahui.
Ahmad dan Denolah yang mempersiapkan semuanya.
Aku berusaha mengganti biaya yang keluar untuk presentasi
tapi mereka menolak. Lagi-lagi mereka membantuku.
Hari ini aku bersama ke dua temanku pulang bersama. Saat
kami berjalan ke arah tangga, tiba-tiba seseorang memanggil namaku.
Aku menengok ke sumber suara. Ternyata Bu Mela yang
memanggil. Aku langsung menghampiri beliau.
“Iya bu, ada apa?” Tanyaku bingung.
“Saya ingin berbicara sesuatu sama kamu, apa kamu ada
waktu sebentar?”
“Insya Allah ada,” aku menyuruh ke dua temanku untuk
pulang duluan, karena tidak mungkin mereka menemaniku untuk waktu yang lama.
Bu Mela membawaku ke cafe dekat kampus. Di situ kami
berbicara. Sebelum membuka pembicaraan, kami memesan beberapa makanan dan
minuman.
Bu Mela yang mentraktir semua pesanan.
Baca
Juga: Cerpen Tentang Liburan -
Berlibur ke Pulau Bali
“Jadi saya mengajak kamu ke sini untuk memberi tahu sesuatu. Saya melihat
potensi selama kamu mengikuti perkuliahan. Saya melihat ada yang beda di diri kamu
dari yang lain. Semnagat kamu, kesabaran kamu, semua itu saya rasa baik dan
berhak mendapatkan yang seharusnya. Ada beasiswa untuk kamu. Untuk mempermudah
kamu dalam keuangan pendidikan. Terima ini sebagai penghargaan.” Aku diam
terpaku. Benar kah?
“Ibu sudah banyak membantu saya, tapi saya tidak bisa
membalas semua kebaikan ibu. Saya merasa ber....”
“Saya ikhlas membantu, semoga ini membantu,“ lanjut Bu
Mela.
“Sudah kesorean, sebaiknya kamu pulang. Takut ibu kamu
mengkhawatirkanmu.”
“Baiklah, terima ksaih, Insya Allah saya tidak akan
mengecewakan ibu.” Aku mempersilahkan Bu Mela keluar terlebih dahulu. Barulah
aku mengikutinya dari belakang.
Aku akan mencari angkutan umum saat Bu Mela sudah
dijemput suaminya. Takut ada apa-apa kalau aku pulang duluan. Berhentilah
sebuah angkutan umum dihadapanku.
Segera aku memasukinya. Betapa bahagianya aku saat
mendengar kabar yang disampaikan bu Mela tadi.
Aku percaya ini hasil dari semua doa-doa kedua orang tua,
dan orang-orag yang sayang denganku.
Aku membuka gagang pintu rumah. Abiyya tak menyambutku
hari ini, tidak seperti biasanya.
Rumah pun sepertinya kosong. Kemana ibu? Kemana Abiyya?
Apakah ayah belum juga datang?
Baca
Juga: Contoh Cerita Pendek 500 Kata
Beberapa pertanyaan dan pikiran negatif terlintas dibenakku. Aku langsung berlari ke dalam. Benar-benar tidak ada
orang. Lantas kemana semua orang?
Aku menyusuri semua ruangan, mencari ibu ataupun Abiyya.
Perasaan tidak enak yang kurasakan saat ini. Tiba-tiba seseorang menyentuh
punggungku.
“Ayah? Ibu di mana? Kenapa gk ada dirumah?” Ayah yang
tiba-tiba datang membuatku terkejut.
“Ganti bajumu, setelah itu ikut ayah.”
“Kemana? Ibu dimana yah?” Tanyaku lagi. Tapi ayah malah
diam tak menjawab.
“Ayah tunggu di depan ya,” aku membalas dengan anggukkan
mengerti.
Ayah membawaku ke sebuah tempat, yang belum aku ketahui.
Kami menggunakan angukatan umum. Aku yang belum berani bertanya hanya diam
berpikir.
Tiba-tiba kami berhenti di rumah sakit. Aku dan ayah
turun di sana. Memasuki sebuah ruangan dengan nomor kamar 036.
Perlahan aku membuka knop pintu kamar. Terlihat perempuan
lesu berbaring di atas kasur dengan selang infus.
Mataku memerah, menahan tangis. “Ibu? “ Abiyya yang mendengar aku memanggil
ibu menjawab dengan senyum hangat.
“Ibu sedang tidur kak, masuk lha,” ternyata mereka yang
kucari-cari tadi ada di sini. Sekarang aku belum dapat jawaban dari ini semua.
Apa yang terjadi? Kenapa ibu ada di sini?
“Penyakit ibu semakin parah nak, dan kita sangat membutuhkan
biaya untuk oprasi ibu.” Jelas ayah dengan lembut. Aku terdiam, bagaimana ayah
akan mendapatkan biaya untuk oprasi ibu?
Baca
Juga: Cerpen Liburan Bersama Keluarga
Yang Mengesankan
“Yah aku punya beberapa uang yang mungkin bisa membantu
biaya pengobatan ibu.”
“Jangan nak, biar ayah yang
akan mencarinya.”
“Kapan lagi aku bisa membantu
kalian. Selagi aku masih bisa tolong terima.”
Lalu
aku menyerahkan ATM-ku kepada ayah. Uang yang kudapatkan
akan kumasukan ATM. “Sedikit membantu tapi....”
“Ayah punya sedikit uang juga
buat menambahnya,”
lanjut ayah.
“Abiyya
juga!! Abiyya punya tabungan, nanti uangnya bisa buat ibu. Kakak yang kasih
Abiyya,” seru Abiyya.
Ternyata
uang yang kuberi tidaklah sia-sia. Mungkin Abiyya tidak ada tujuan untuk
menyimpan uang itu, tapi ia percaya akan bermanfaat kelak dikemudian hari.
Seperti saat ini.
Oprasi
berjalan lancar. Kami merasa tenang sekarang. Setelah beberapa hari di rumah
sakit ibu diperbolehkan kembali ke rumah. Dan bisa menjalankan harinya seperti
biasa.
Beberapa
bulan…
“Assalamualaikum ayah! ibu!“
“Waalaikumsalam, ada apa nak,
bahagia bener kayaknya?”
Aku
memeluk ibu dengan erat. Ibu terkejut melihat reaksiku.
Baca
Juga: Cerpen Singkat Tentang
Persahabatan Sejati
“Lha, lha.. kenapa? Tiba-tiba meluk
ibu kayak gini?” Ayah
yang membutuhkan jawaban melihat wajahku bingung.
“Minggu depan aku wisuda!”
“Hah? Wisuda apaan? Kapan
kamu kuliahnya? Ibu gak mengerti maksud kamu apa?”
“Ceritanya panjanggg
bangeeettt. Intinya aku mau ibu sama ayah daateng ke acara kelulusanku.”
Ibu
mengeluarkan air mata bahagianya. Air mata
yang kutunggu sejak lama. Kupeluk tubuh
ibu yang tiba-tiba disambut dengan pelukan ayah.
“Terimakasih ya rabb. Kau
perlihatkan kepadaku sesuatu yang awalnya terlihat tak mungkin, dan berujung
nyata.”
Hari
ini, hari wisudaku. Semua orang
terlihat bahagia dengan kelulusannya. Dari semua usaha yang tak akan mungkin
menyiakan hasil.
Lantas
tak semua mesti harus dipandang dari sisi pangkat ia berada, karena kesuksesan
tak membutuhkan
itu.
Layaknya sebuah duri yang
harus disingkirkan untuk menghilangkannya, dan tak mudah bukan? Ya, seperti itu
lah kehidupan. Tapi tidak perlu takut, kita akan mendapatkan hasilnya nanti.
Baca
Juga: Cerpen Persahabatan Sedih -
Rindu ASMAmu
Itulah Cerpen Motivasi Pendidikan yang bisa kita nikmati.
Segalaj sajian yang memotivasi para pembaca.
Bagaimana seberapa menarik cerita ini bagi kamu? Jangan
lupa untuk baca cerita lainnya. Karena masih banyak cerita pendek yang bisa
kamu baca.
Sekian yang bisa disampaikan, semoga cerita pendek ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Terimakasih. Salam.
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca