Cerpen Persahabatan Sedih - Rindu ASMAmu

cerpen persahabatan sedih
Cerpen Persahabatan Sedih - Rindu ASMAmu
Menulisindonesia.com - Cerpen Persahabatan Sedih ini berjudul Rindu ASMAmu (Asma Terindah). Cerita pendek ini karya Yulisma salah satu guru SD di Kota Metro Lampung.
Cerita Pendek tentang kisah persahabatan yang ia tulis ini benar-benar menghanyutkan. Cerita yang hidup dan membuat kita ikut larut dalam kesedihannya.
Inilah cerpen sedih yang tak sekedar menampilkan sisis cerita sedih tentang persahabatan dan cinta saja. Namun cerita sedih tentang sahabat yang meninggal.
Meski menjadi salah satu contoh cerpen persahabatan sedih paling pendek, cerita ini mampu mengaduk-ngaduk hati dan pikiran pembacanya.
Mari simak cerpen persahabatan sedih yang ditulis Yulisma berjudul Rindu ASMAmu (Asma Terindah) berikut ini:

Cerpen Persahabatan Sedih Karya Yulisma - Rindu ASMAmu

Contoh Cerita Pendek Tentang Sahabat
Contoh Cerita Pendek Tentang Sahabat
Awalnya, aku tak suka menulis. Bagiku menulis itu adalah hal yang paling membosankan karena memerlukan banyak tenaga. Namun, setelah peristiwa pilu itu...?
Ah, aku tak ingin melupakan sosokmu yang bagiku luar biasa. Aku ingin semua perjalanan kisah kita dikenang dan abadi. Lalu, aku mengawalinya dengan mulai menulis, menulis tentangmu. Tulisan ini kupersembahkan kepadamu sebagai kado terindah. Kau adalah bingkisan terbaik yang Tuhan kirimkan untuk mengajariku berbagai hal.
Aku mengenalmu melalui prilaku santunmu, tutur katamu yang syahdu. Kau adalah inspirasiku untuk terus berfikir maju. Aku tau, usiamu lebih tua dariku, namun kau terkadang bertingkah lucu seperti adikku.
Asma... Ya... itu nama terindah pemberian orang tuamu.
Asma... Bagian dari kisah manis dan haruku.
*
Aku memulai cerita ini bersamamu, dua tahun yang lalu. Berawal dari sini, kuukir cerita yang terpatri dalam hati. Kota Metro, selalu menjadi sebutan paling waw. Ya, akhirnya aku kembali ke tempat ini setelah aku lulus dari perguruan tinggi.
Kota dengan sejuta kisah di masa bangku kuliahku. Dan rasanya, lebih nyaman di sini dari pada di tempat asalku. Beruntung sekali, aku mengenalmu melalui ta’aruf mini kita di kelas. Kau beri senyuman termanis saat kita pertama bertemu. Tatapanmu tajam dan suaramu yang serak itu, membuatku kaget. Ternyata kepribadianmu sungguh ramah.
Sekilas cerita, ternyata kau adalah kakak tingkatku semasa kuliah dahulu. Namun, aku tak pernah kenal sosokmu kala itu. Kau bercerita, dimasa kuliahmu dahulu kau hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu. Sembari tertawa kau bilang “Ku-Pu Ku-Pu alias kuliah-pulang kuliah-pulang”.
Saat ini, Tuhan telah menggariskan kisah kita berada di instansi yang sama. Ya, kita akan mengukir kisah dan melangit bersama kawan.

Baca Juga: Cerpen Persahabatan di Pesantren: Asaku, Asamu, Karena-Nya

*
Instansi tempatku bekerja, selalu memberikan gaji para karyawannya di awal bulan. Hari-hari itulah yang paling dinanti-nanti oleh semua karyawan. Semua orang yang datang ke bendahara dengan wajah yang sumringah. Dengan buaian setelah lelah sebulan bekerja, gaji yang dinanti pun tiba.
Beberapa teman berbagi cerita, mau beli ini itu, akan bayar ini itu, dan macam-macam dengan segala kebutuhannya masing-masing. Ia, yang berada di sudut ruangan itu kuajak shopping, seketika dia menjawab; “ndaklah. . . aku nabung ce’...”
Aku terperanjat tak percaya sembari ku jawab, “ayo lah,,, beli apa gitu?”
Dia berseru, “aku gak pengen apa-apa ce’... kamu mah enak... udah punya semuanya.”
“Ieh, orang mah beda-beda ujian hidupnya,” sahutku.
Ku telusuri, ternyata sosok temanku ini karakter orang yang hemat. Dalam bahasa Jawa halus aku pernah mendengar istilah setiti lan gemi. Ya, itu dia orang yang berhati-hati dalam mengelola uang atau harta benda.
Dia rajin menabung untuk memenuhi keinginannya yang kuat. Salutku, dia perempuan pertama yang ku kenal bisa membeli kendaraan sendiri dengan gaji bulanannya. Hebat bukan!
Di balik itu, dia sudah membeli peralatan kebutuhan rumah tangga untuk masa depannya kelak ketika dia menikah. Hah?... seperti tersengat listrik otakku. Hal ini yang belum pernah kufikirkan sama sekali ketika aku akan menikah.
Dia berpikir di luar kebanyakan yang orang pikir, dia berbeda, dan dia istimewa.

Baca Juga: Cerpen Untuk Anak SD - Rindu Azan di Istanbul

*
Kegiatan sekolah banyak kita habiskan bersama. Namun, di luar sekolah kita tak punya banyak waktu bersama karena domisi kita yang berjauhan. Sehingga kami lebih sering chat melalui berbagai social media yang kita miliki.
Obrolan kami pun terbilang serampangan, bahas semua hal. Dari mulai politik, budaya, ekonomi, sosial, dan masih banyak yang lainnnya. Terkadang kami bersua untuk dialog keagamaan, he.. he.. he.. sudah seperti orang besaran nan tokoh agama saja renungku.
Dia itu pendengar yang baik, tak jarang kami luangkan waktu hanya untuk bergurau. Dia tidak pernah mengeluh tentangku, karena dia juga selalu belajar memahami karakterku. Dia juga orang yang humble sehingga keluargaku pun mudah mengenalnya.
Rutinitas suamiku yang padat, sehingga terkadang agak telat menjemputku, dan aku yang tak suka menunggu lama. Nah, sahabatku ini yang menyodorkan diri selalu ingin mengantarku. Teringat sepanjang hidupku, saat awal-awal kehamilanku sampai hari mendekati persalinan dengan rutinitas sekolah, sosok yang dengan rela hati menemaniku sesampai usai aktivitas sekolah, ya hanya wanita tangguh ini.
Saat itu, hari Jum’at 18 Agustus 2017 seusai kegiatan sekolah, kami jalan-jalan dan bercengkrama bersama sampai sore hari. Kemudian, keesokan harinya, persalinanku tiba, sungguh bahagia tiada tara, persalinanku berjalan lancar dan orang yang pertama kuberi kabar adalah sosok dirinya. Begitu istimewanya dia, hingga begitu terpatri hatiku akan sosoknya.

Baca Juga: Cerpen Sedih Tentang Ibu, Pilihan

*
Sedih, saat ia bercerita tentang kegalauan hidupnya. Kerja pulang dalam kondisi perjalanan yang jauh, hampir satu jam. Namun, semangat kerja dan karyanya tak pernah luntur. Dia berjuang seolah tak kenal lelah. Dia memiliki tugas sampingan les di luar jam sekolah. Sehingga, dia adalah orang yang hati-hati dalam memanfaatkan waktu.
Karirnya di instansi kami juga gemilang. Pribadi yang hampir tak pernah ku dengar mengeluh. Pernah, terlintas dibenakku seandainya aku jadi dia? Bagaimana ya? Tanya besarku dalam hati.
Istilah jawa yang pernah ku dengar “wong setiti” ya dia itu. Kehati-hatiannya dalam berfikir, bertindak, membelanjakan uang. Sungguh, super duper handal.
Aku selalu meledeknya “PMP” yang artinya “Padang Memang Pelit”, seketika dia marah. Rayuanku, “maaf... aku bercanda. Aku tau kamu mah suka traktir, gak mungkin kamu pelit, hee...”
Dia selalu menjawab, “aku bukannya pelit loh ce’, aku kan mau nabung biar punya apa-apa kayak kamu. Aku juga pengen di sayang mertua kayak kamu,” ucapnya.
Ya, teman yang menjadi saudara itu seperti sosok dirimu yang kian membumi kala sudah melangit. Ketangguhannmu akan menjadi infuse semangat bagi orang-orang disekitarmu. Hey, Gadis Padang Gigih, Aku merindukanmu.

Baca Juga: Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi Liburan

*
Dering telepon tak henti berbunyi. Kala itu, aku sedang sibuk di dapur. Tak kuhiraukan si hp pintar itu berbunyi. Bergumamku, “uh, ada apa sih... berisik banget.” Tak jua kuambil smartphone itu  yang masih dengan suara gagahnya.
Sembari mulutku mengucap kesal. “Info apa sih, kok dari tadi bunyi terus.”
Kubaca perlahan. “Innalillahi wa inna ilaihi raajiun... telah berpulang ke Rahmatullah saudara kita... “
Belum rampung kubaca semua, seketika aku langsung duduk diam. Bingung, seperti hilang kendali dan arah. Ah, apa ini benar terjadi. Ku lihat kalender ku tepat tanggal 27 September 2017.
Dia yang selalu menjadi sahabatku, teman berbagiku sudah tiada. Marah iya. Tapi, tak mungkin kuubah takdir Tuhan. Mengadu kepada Tuhan, mengapa Kau ambil sahabatku ini Tuhan. Kami belum selesai mengukir kisah bersama. Aku lupa, tak sempat meminta maaf padanya di saat aku salah. Aku belum mengucapkan salam perpisahan yang terindah Tuhan.
Tetapi, dari sini aku sadar dan belajar. Bahwa, semua yang bernyawa pasti akan tiba masa menghembuskan nafas terakhirnya. Maut datang tanpa permisi, kapanpun ia akan menghampiri, manusia yang hidup hanya harus mempersiapkan diri.
Sahabatku, tak cukup kata yang ada didunia ini untuk melukiskan tentang sosok dirimu. Aku hanya bagian kecil dunia yang ingin mencurahkan mengungkapkan isi hati melalui setitik tinta. Sahabat terbaik, doaku sehidup sesurga bersamamu. Aku tak boleh kecewa, meski keadaan hidup lebih mengecewakan untuk membuat kita kecewa. Kabar terakhir ini, sungguh sangat sakit-sesakit sakitnya, tetapi, semua harus kuat dan tetap lanjutkan hidup.
Kau yang sekarang berada di alam yang berbeda denganku, semoga Rahmat Tuhan menyertaimu, kebahagiaan pun turut bersamamu. Amin.

Baca Juga: Cerpen Tentang Sahabat Sejati dan Terbaik di Sekolah

Itulah cerpen persahabatan sedih yang bisa kita jadikan salah satu contoh tulisan dalam membuat cerita pendek.

Sebenarnya cara menulis cerita pendek kisah tentang persahabatan ini sederhana. Kita hanya perkuat di alur dan konflik. Seperti cerpen karya Yulisma ini contohnya. Sekian semoga bermanfaat. Terimakasih.

Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca