Pulau Tegal Pesawaran Dijual
www.menulisindonesia.com – Pulau Tegal,
Pesawaran, Lampung telah disepakati untuk dijual. Kesepakatan itu terjadi pada
diskusi yang digelar Rabu (18/10/2017) pagi hingga siang hari di Pulau Tegal,
Desa Gebang.
Pulau
yang dihuni sekitar 30 kepala keluarga (KK) ini memang pantas untuk dijual,
mengingat topografi berupa pantai pasir putih yang landai (Bagian Barat, Selatan Timur dan Utara)
dan pantai berbatu (bagian Timur Laut, Tenggara, Barat Daya dan Barat Laut).
Wilayah daratannya berupa dataran hingga lereng bukit.
Tapi Pulau Tegal tidak dijual karena itu. Melainkan karena
pendidikan yang tengah diciptakan dalam lingkungan keluarga yang ada di Pulau
Tegal.
Menjual Pulau Tegal ini diinisiasi para penggerak literasi yang
ada di Lampung. Perwakilan Lampung Membaca Yoga Pratama mengatakan, bahwa “Menjual
Pulau Tegal,” bukanlah konotasi negatif sebagai adu domba sebagian Pulau Tegal
sudah dibeli pengusaha untuk dijadikan destinasi wisata baru yang disebut “Tegal
Mas”.
“Arahnya bukan ke sana. Tapi Pulau Tegal ini dijual adalah
destinasi wisatanya. Pulau Tegal ini memang milik perorangan, baik swasta,
pengusaha, maupun pribadi seseorang. Pastinya, Pulau Tegal akan dijual potensi
wisatanya. Kenapa tidak dimanfaatkan oleh masyarakat?” gagasnya kepada seluruh
audiens yang hadir, baik warga Pulau Tegal, perwakilan Perpustakaan Daerah
Provinsi Lampung, Kepala dan perwakilan Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Pesawaran, Perwakilan Dinas Pendidikan Pesawaran, Perwakilan TNI dan Polri
wilayah hukum Teluk Pandan Pesawaran, Perwakilan Kecamatan Teluk Pandan,
Sukarelawan Pendidikan Pulau Tegal, Komunitas/Penggiat Literasi di Lampung, Penulis
Lampung dan Anggota DPRD Lampung.
Dilanjutkannya, di Pualu Tegal pendidikan tidak akan bisa berjalan
dengan baik, jika ekonomi rumah tangga yang ada di sana tidak berputar dengan
baik. Artinya, para donatur dan relawan bersama pemerintah daerah harus memikirkan
metode baru dalam menghadapi berkembangnya dan semakin diliriknya Pulau Tegal
sebagai destinasi wisata.
“Salah satu caranya adalah dengan menjadikan salah satu lokasi
yang ada rumah belajar dan rumah baca di Pulau Tegal sebagai destinasi wisata
edukasi yang ada di Pulau Tegal. Kenapa tidak kita jual wisata edukasi? Toh bisa
meningkatkan pendapatan masyarakatnya melalui UMKM yang bisa dilakukan
masyarakat. Jadi masyarakat tidak dimanjakan. Tapi dengan kehadiran rumah baca
dan para relawan untuk mengajar di Pulau Tegal bisa membantu perkeonomian warga
lebih mandiri,” paparnya.
Kemandirian ekonomi masyarakat yang sudah memiliki rumah baca ini
sudah dilakukan dibeberapa daerah dan berhasil. Maka hal yang tak mustahil di
Pulau Tegal bisa melakukan hal yang sama.
“Potensi di Pulau Tegal ini kan besar. Sangat besar. Selain
wisatanya, ada sumberdaya alam yang bisa digali sebagai sumberpendapatan baru
bagi masyarakat. Memang tidak mudah merubah paradigma, tapi harus dimulai
dengan niat stakeholder yang ada di sini untuk membuat masyarakat mandiri,”
kata Pemred Lampung.co tersebut.
Lalu bagaimana selanjutnya ketika UMKM di Pulau Tegal berjalan?
Disampaikannya, setelah itu pastinya pihak swasta atau donator tetap yang
selama ini lebih banyak dinaungi oleh LAZDAI atau pihak lain bisa menampung
barang yang dihasilkan warga Pulau Tegal untuk bisa dipasarkan di kota. Bahkan,
promosi menjual wisata edukasi bisa dilakukan para promotor blogger dan
penggiat media sosial di Provinsi Lampung.
“Inilah rantai ekonomi yang harus berjalan. Jadi tidak hanya beri
uang bebas perkara. Tapi tidak memandirikan masyarakat. Mengajak anak-anak
untuk tetap sekolah. Tapi ekonomi keluarga tidak berjalan. Maka akan sulit. Anak-anak
tetap diminta untuk melaut. Atau sekedar menjadi buruh di lokasi wisata. Ini kan
sayang? Kenapa sayang, karena hak
pendidikan anak dirampas untuk mendapatkan uang,” ujarnya.
Maka dari itu, perlu adanya langkah konstruktif yang bisa
diterapkan di Pulau Tegal agar kedepan warganya mandiri, anak-anaknya bisa
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Baca Juga :
Senada disampaikan Pustakawan Provinsi Lampung Nellawaty Ningsih.
Menurutnya, “Menjual Pulau Tegal” yang disampaikan Yoga bukanlah konotasi
negatif. Namun, dimaksudkan lebih membangkitkan potensi daerah yang dimiliki
untuk dijadikan sumberpendapatan tambahan warganya. Sehingga kehadiran
perpustakaan untuk dibaca dan diaplikasikan adalah dengan kehadiran ekonomi
baru.
“Jadi UMKM beriringan. Makanya, bisa jadi wisata edukasi. Karena disini
juga ada kegiatan pendidikan yang berlangsung dan rumah baca. Selanjutnya bisa
lebih mencari titik fokus apa yang bisa dikerjakan oleh warga sebagai
meningkatkan nilai ekonomi keluarga dengan dibentuknya UMKM,” tandasnya.
Sementara, Anggota DPRD Lampung, Ade Utami Ibnu memotivasi bahwa
para relawan untuk tetap melanjutkan perjuangan, selepas tanah yang digunakan
para warga dan dijadikan proses belajar mengajar milik orang lain atau seperti
apa.
“Ini kan berbicara pendidikan. Pendidikan itu hak semua orang. Dan
itu sudah sepatutnya ada. Jadi lanjutkan saja. Terlepas nanti ini digusur atau
tidak, atau seperti apa. Yang punya tanah ini juga artinya memiliki
tanggungjawab untuk memberikan mereka hak pendidikan. Maka ketika semua
berlangsung kenapa tidak pihak swasta yang ada di sini justru lebih
mengembangkan potensi anak-anak dengan melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi,” tukasnya.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip
Kabupaten Pesawaran Toto Sulistyo. Pada perinsipnyan pihaknya mendukung, dan
akan mensuport kegiatan perpustakaan dan penyelenggaran minat baca di Pulau
Tegal. Begitu juga yang disampaikan perwakilan kecamtan, dinas pendidikan, TNI
dan Polri. Serta, LAZDAI.
Terakhir, Uniroh, selaku Koordinator SP3T yang menjadi relawan
mengajar di Pulau Tegal siap mengawal proses kegiatan belajar mengajar di Pulau
Tegal. Untuk itu ia berharap ada regulasi yang pasti kedepannya tentang
bagaimana pengembangan pendidikan di Pualu Tegal, masyarakat ikut terbantu
secara ekonomi, dan relawan dapat mengajar dengan nyaman dan aman serta honor
mengajar yang sesuai. (Admin)
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca