Cara Menulis Cerita Pendek (Cerpen) Bagi Pemula
Cara Menulis Cerita Pendek |
Cara Menulis Cerita Pendek - Cerita pendek atau biasa disebut cerpen merupakan sebuah
cerita rekaan yang tertulis, yang mengandung alur/plot, dan pesan tertentu.
Adapun jumlah karakternya tidak terlalu panjang. Saya
mencoba menyimpulkan/menyunting dari beberapa bahan bacaan yang telah saya baca
tentang menulis cerpen agar dapat memudahkan bagi anda/pemula tang ingin bisa
menulis cerpen.
Hasil suntingan saya ini tentunya masih bersifat garis besarnya
saja, dalam artian masih dapat dikembangkan dan dikreasikan sendiri. Karena
menulis yang berkembang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri. Dan kemauan
untuk menulis itu juga yang paling mudah dilakukan adalah berdasarkan keinginan
sendiri.
Berikut ini, cara menulis cerita pendek atau cerpen bagi pemula :
1.
Menangkap
ide
Setiap
menulis, kita harus memastikan sudah memiliki ide cerita yang akan ditulis. Ide
cerita tak melulu harus berpikir hal-hal yang rumit. Ide cerita bisa kita
dapatkan dari kejadian sehari-hari, baik yang dilihat, dialami, ataupun yang
didengar. Bahkan, ide ini bisa juga kita jadikan sebagai judul cerita.
Misal;
saat melihat seorang pria sedang menghapalkan AL-Qur’an. Itu bisa dijadikan
judu: “Pria Penghapal AL-Qur’an”. Nah itu adalah gambaran sekilas tentang ide
cerita dan pengkaitan dengan judul. Jikalau judul masih kurang tepat, kita
sebagai penulis masih bisa menggantinya dengan judul yang lain, dan dipastikan
judul kita tidak jauh dari apa yang sudah kita tulis dalam bentuk cerita pendek
tersebut.
2.
Menulis
dengan gaya bahasa sendiri
Jangan
pesimis untuk memulai. Terlebih dalam urusan menulis. Karena pesimis itu
penyakit pemula, sehingga enggan memulai tulisannya. Rasa pesimis kerap
menghantui, takut sekali bahwa karya tulis kita itu tidak sebaik dari karya
tulis orang lain. Pesimis menjadi hantu, padahal kita belum pernah mencobanya.
Ketakutan
pemula sehingga menjadi sifat pesimis dalam hal menulis ini biasanya terbentur
karena bingung bagaimana memulai tulisan. Yakinlah, jika kita sudah biasa
membaca, pastikan kita juga sudah bisa menulis.
Maka
dari itu, menulislah dengan gaya bahasa sendiri. Dalam artian sederhana, kita
menulis sebisa yang kita bisa tulis. Jangan dipaksakan. Biarkan hasil tulisan
kita tersebut mengalir. Jadi jangan kita paksakan tulisan kita harus lebih
bagus dari tulisan Kang Pidi Baiq, atau Tere Liye, atau selucu Raditya Dika,
atau bahkan berusaha memaksakan agar gaya bahasa yang ditulis bisa mendayu-dayu
ala Kahlil Gibran.
Maka,
memulailah menulis dengan gaya bahasa sendiri. Kalau bisanya hanya 2.000 karakter, sudah biarkan, itu
sudah bagus dan baik. Tinggal kita menata kembali ribuan karakter lainnya.
Karena itu sudah menuju ke cerpen yang sepanjang 7.000 karakter atau lebih.
3.
Membuat
paragraf pembuka
Apa
yang harus dilakukan pertama kali dalam menitihkan tulisan. Tidak ada kata
lain, selain paragraf pembuka. Nah, membuat paragraf pembuka ini pun kita tidak
usah terlalu berpikir rumit-rumit. Namun, kita harus menggarisbawahi
bahwasannya paragraf pembuka adalah bagian yang penting, sebagaimana kita telah
menentukan judul cerpen.
Karena
itu, paragraf pembuka ini harus dibuat menarik, seperti judul. Karena, ada
tidaknya seseorang akan membaca dan begitu tertarik membaca apa yang telah kita
tulis itu pertama kali dimulai di paragraf pembuka. Buat pembaca terus
terpancing dengan tulisan kita.
4.
Merangkai
alur dan plot
Ketika
semua bagian di atas sudah dipastikan keamanan dan kenyamanannya, mari kita
lanjutkan paragraf yang telah ditulis. Kita juga harus memastikan telah
merangkai kejadian demi kejadian. Dialog demi dialog. Narasi demi narasi.
Dengan demikian, alur dan plot akan terbentuk dengan sendirinya.
Jadi
cara yang paling mudah adalah, tuliskan apa saja yang ada di isi kepala dengan
cara yang mudah dilakukan, tanpa takut salah. Misal, saya menuliskan apa yang
di isi kepala saya di sebuah catatan handphone, yang nantinya akan saya jadikan
satu dalam lembar kerja saya untuk menulis cerita. Dengan cara demikian
diharapkan kita bisa lancar dalam menulis.
5.
Membuat
konflik dan penyelesaiannya.
Sama
halnya pada penjelasan nomor 4 di atas. Kita juga harus memastikan dalam cerita
yang kita tulis ada konflik dan penyelesaian konfliknya. Jangan biarkan cerita
yang ditulis monoton. Buat semenarik mungkin.
6.
Membuat
paragraf penutup
Penutup
cerita juga sangat penting. Kenapa? Karena sebuah cerita menjadi lengkap jika
pada paragraf penutup mampu mempengaruhi pikiran pembaca. Jika bagian ending-nya bagus, maka cerpen pun bisa
terdongkrak menjadi cerpen yang bagus. Bisa saja kita menjadikan ending pada cerpen yang ditulis dengan ending tertutup, ending terbuka, maupun ending
yang mengejutkan.
7.
Mengendapkan
tulisan dan mengedit tulisan
Cerpen
sudah ditulis, lalu apa yang harus dilakukan? Nah, tidak ada kata lain selain
melihat lagi cerpen yang sudah ditulis, dan dibaca kembali. Nah, pada fase ini
juga dilakukan masa pengendapan. Kok pengendapan? Ya, pengendapan yang dimaksud
adalah pemberian jeda sebelum di edit. Karena pada fase jeda ini kita akan
lebih teliti dalam melakukan editing. Jadi tidak terkesan terburu-buru yang
menyatakan cerpen kita sudah baik, ternyata masih ada tulisan yang salah.
Sehingga, pada fase jeda ini juga kita dituntut untuk kembali membaca
berulang-ulang.
Setelah
fase pengendapan, yang bisa saja lama dan bisa saja singkat tersebut, kita
penulis harus mengedit tulisan. Baca lagi, dan tandai dan ubah baik kesalahan
tanda baca, ketepatan penggunaan EYD, masuk akal atau tidak cerita yang
ditulis, dan hal-hal yang diperlukan untuk di edit. Editlah secukupnya dan
sebaik-baiknya.
8.
Teruslah
menulis
Selesai
menulis cerpen, tulislah cerpen lainnya. Jangan cepat puas. Terlebih ada yang
bilang cerpen kita bagus. Begitu juga ketika cerpen sudah berhasil masuk media
masa, dan mendapatkan royalti dari penerbitan, jangan juga cepat puas. Tulis
lagi, belajar lagi, tulis lagi, demikian seterusnya sampai mahir.
Selamat
menulis.....
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca