Pulau Pahawang dan Kisah H-1 Fesitvalnya
Foto dibidik pagi hari di Hari H Festival Pahawang. Suasana masih sepi belum ada aktifitas |
Bagaimana tidak? Saya
dan kru salah satu televisi nasional untuk konten lokal berangkat ke kampung
Pulau Pahawang pada pukul 23.30, dalam artian jam 11.30 malam. Ini pengalaman
pertama saya yang memang sedikit mengerikan.
Biasanya jam malam di
tengah laut itu hanya terjadi di Bakauheni menuju Merak. Tapi 24 November 2016
lalu, saya dan teman-teman menggunakan speed boat menuju Kampung Pulau
Pahawang.
Untung hanya 30 menit.
Jika menggunakan kapal motor biasa mencapai waktu 1 jam untuk sampai di Kampung
Pahawang dari Pantai Ketapang, atau Desa Batu Menyan.
Sejak awal memang saya
sedang tak yakin jika ada perjalanan malam menggunakan perahu. Sebenarnya kami
sampai ke Pahawang tak terlalu malam. Pukul 20.00. sekitar itu. namun, kita
tidak langsung melanjutkan karena menunggu seseorang yang menjadi penyelenggara
sebuah acara di Festifal Pahawang. Tapi nyatanya mengecewakan. Sampai malam tak
kunjung datang.
Saya sudah yakin, sejak
di Bandar Lampung dari dinas yang menjemput kami sudah sangat heran dengan
jawaban-jawaban dari EO tersebut. Bilangnya dari Bandara mau ke Bandar Lampung.
Tapi ditunggu 2 jam lebih tak juga datang. Padahal semacet-macetnya Bandara di
Natar tidak selama itu.
Selanjutnya penantian
kami terjadi di Dermaga Ketapang, Batu Menyan. Lagi-lagi kami kecewa. Itu juga
yang menjadi kekecewaan dari para staaf kedinasan, bahkan masyarakat Pahawang
sendiri. Jika memang belum bisa kenapa bilang sedang dalam perjalanan. Itukan
mengecewakan.
Tapi saya ingin
melupakan kekecewaan karena ketidak jelasan tersebut. Nah, sesampainya di
Kampung Pulau Pahawang, Pak Lurah setempat langsung mengenalkan kami dengan
Sekretaris Desa Slamet Riyadi. Lantas, kita langsung gelar pengambilan gambar
untuk acara Bincang Tokoh. Alhamdulillah kelar pada pukul 02.00 dini hari. Luar
biasa.
Eh, saya belum
menjelaskan apa yang saya temui saat melintasi laut, menuju Pahawang ya.
Laut yang awalnya
tenang tak berombak, tiba-tiba ombak besar datang. Air-air masuk ke dalam
kapal. Zikir terus terucap. Istigfar terus terlafaz. Tak henti-henti berdoa.
Karena situasinya malam. Tak ada kapal satupun melintas kecuali kapal kami. Ini
membuat jantung seperti mau copot. Kapal terasa oleng. Mungkin itu buah dari
ketakutan saya. Tapi ini pengalaman yang tak terlupakan
Wah, jujur saya
terkagum dengan ciptaan Allah. Bahkan, Allah juga memberikan ide kepada manusia
yang luar biasa.
Bagaimana tidak? (baca juga; Festival Pahawang itu bagus, Tapi...)
Laut yang luas
dihadapan saya, begitu bercahaya. Bukan hanya cahaya bulan. Padahal sebelum
berangkat hujan begitu lebat. Tetapi juga cahaya dari keramba dan bagan ikan
milik para nelayan. Warnaya beraneka. Hijau, kuning, putih, merah, biru, dan lain-lain.
Wah, menakjubkan. Keindahan laut di kala malam begitu jelas dihadapan mata
saya.
Pagi hari, saya pasti
akan dikejutkan dengan keindahan lainnya. Semoga..
Pahawang,
25/11/2016 pukul 2.15 dini hari
2 komentar
Add komentarUntuk ukuran saya yg tidak bisa berenang dan suka parno klo berada di tengah laut, pasti udah panik setengah mati.. :(
Replytapi seru. nanti kalau ada kegiatan di pulau tak ajak deh he.. moga ada kesempatan mengajak mas rangga.
ReplyBiasakan Tulis Komentar Usai Membaca