Obrolan Warung Nasi
Obrolan
Warung Nasi "Dari Nganggur, Eagle Award, Duta Baca, Bioskop Jalanan, Literasi, dan Karya"
MENULISINDONESIA.COM
- Kali ini saya menulis tentang sebuah pertemuan saya dengan kawan lama. Nama kawan
saya ini Burhan, lengkapnya Muhammad Burhan. Dia sama seperti saya mantan
jurnalis media cetak lokal di Provinsi Lampung. Karena mantan, pastinya sudah
resign dari pekerjaan sebagai wartawan.
Ini bermula dari Burhan, -sapaan pria yang masih betah
menjomblo sampai saat ini, tapi dia normal kok, kayanya sih, coba tanya
langsung ke orangnya, he he just kiding ya Burhan. Nah, bukan obrolan soal
jomblo yang akan saya bahas di blog saya ini. Tapi tentang warung nasi. Pastinya
tentang perut.. he he he...
Bermula dari status BBM saya yang hari ini ingin mem-full
kan mengerjakan praktik umum alias tugas perkuliahan saya yang nggak
kelar-kelar, saya ingin wisuda untuk kedua kalinya. Hari ini (Rabu, 02/11)
nggak ada kegiatan produksi bincang tokoh, oh iya bincang tokoh ini adalah
program acara AnTV untuk Lampung yang saya handle dan acara yang dipercayakan
oleh HMG Studio untuk saya kerjakan, ini kepercayaan dari HMG terbesar di
Provinsi Lampung. Terimakasih HMG STUDIO.
Tapi BBM Burhan melainkan situasi dari status yang saya
tulis. Maklum meski saya dan Burhan sudah berkawan lama, dan saling memiliki
kontak BBM dan nomor telepon, tapin saya jarang komunikasi. Mungkin saya sibuk
dengan aktifitas yang dimiliki, terlebih akhir-akhir ini saya juga terlibat
dalam proses penerbitan novel kedua saya yang berjudul “BEGAL CINTA”. tapi usut
punya usut, Burhan juga sibuk, dia adalah finalis eagle award, buh keren...
Eagle award ini dari eagle institute program Metro TV
dalam menghasilkan film dokumenter berkualitas di Indonesia. Buh keren. Saya percaya
dengan kemampuan Burhan, saya paham karakter tulisan dia memang tersistematis
dan terstruktur sebagai seorang jurnalis, dia kan jebolan Teknokra Unila.
Lalu komunikasi pun berlanjut. Hingga pada akhirnya saya
tahu kalau Burhan saat ini sedang menganggur, tapi ini kan bahasa basa-basi. Toh
saya juga bilang sama dia nggak punya kerjaan makannya bisa ke mana-mana. Ya,
seperti itulah kami, memang dibilang rendahan ya terserah gimana rendahnya,
tapi kita tidak pernah memaksakan keadaan untuk dengan segera menjadi orang
yang kaya.
Karena ada bahsa nganggur, jadi saya nyeletuk “BIKIN
PERUSHAAN AJA YOK” ha ha ha kaya bikin perusahaan itu gampang kali ya. Ini juga
yang baru saya pahami jabatan seorang direktur, manager, dsb tapi sekedar dalam
rangkaian bahasa jabatan yang tak berpenghasilan. Ya, ini omong kosong saya di
pagi hari ini.
Tapi Burhan merespon dengan membalas “Perusahaan APA BRO?”
tapi ujung-ujungnya malah jadi becandaan dengan saling balas komentar
ketawa.....
Tapi pada dasarnya kita suka menulis, kenapa tidak
menekuni tulisan, tapi bukan perusahaan ya. Ini sekedar memanfaatkan hobi untuk
mengais rezeki. Saya memiliki kawan-kwan yang begitu pandai dibidang
videografi. Sedangkan saya dan Burhan sekedar memberikan tulisan. Kenapa ini
tidak di kolaborasi? Saat ini kita hanya butuh mencari siapa yang mau
memberikan kami pekerjaan dibidang jasa menulis. Wah, semoga ada yang mau dan
berkenan ya. Kami siap membantu, asal ada uang saku. Heheheh...
Nah, orbolan masih panjang nih, akhirnya kita sepakat
untuk bertemu. Sama-sama orang yang mengasingkan diri lari dari media cetak
berharap ada sepamaham, sekaligus silaturahmi, sejak saya keluar dari sebuah
koran terbesar di Lampung di Oktober 2015 saya jarang melihat Burhan. Ya, baru
November 2016 ini, bayangin berapa lamanya tidak bertemu. Ini silaturahmi harus
terjalin, dan rencana ingin mengerjakan PU menjadi kelabu tanpa ada garis biru
he...
Sebenarnya perbincangan itu pada pukul 09.00, masih dalam
kondisi pagi dan orang-orang pekerja di kantor swasta maupun pemerintahan masih
sibuk berinteraksi, kalau kami memang tidak punya kerjaan jadi ya ke sana-sini.
Si Burhan mengabarkan lagi tepat pukul 11.00, menjelang
makan siang. Tapi sayang saya tidak bisa langsung menemui Burhan. Saya baru
bisa pada pukul 13.00 sudah cukup siang, di saat pekerja kembali beraktifitas,
dan Burhan baru makan siang. Sedangkan saya sudah menjamak makan, sarapan dan
makan siang digabung, ya maklum anak perantauan.
Ssaya BBM lagi Burhan, sekdar bertanya posisinya ada di
mana? Dia jawab lagi makan di ujung Ayam Geprek. Tahu dong yang dipikiran saya
apa? Ini anak lagi makan enak. Ya, saya kira sama teman-teman ceweknya kan,
jadi nggak apes banget nongkrongnya.
Nah, dicari-cari ketemulah ayam geprek. Sampai di depan,
parkirin motor. Melongok ke ayam geprek, tapi nggak tahu di mana Burhan berada.
Orang-orang di dalam lihatin saya semua. Hmm.. perasaan nggak enak, pasti
dituduh mau ngamen, kalau nggak mau maling. Untung tampang saya tampan,
rupawan, semoga nggak diteriakin maling.
Eh, dari warung nasi ujung ada yang neriakin saya. Nah,
ternyata Burhan. Eh, buset bukan di ayam geprek dia makan, tapi di warung nasi
kelontongan. Untung baru nelongok, dan belum masuk. Kalau sudah malu kan, mana
nggak beli. Mu beli juga nggak ada yang buat bayarnya he he he...
Saya pun segera masuk ke warung nasi. Sampai sana nggak
sempat salaman, tapi langsung cari tempat buat ngecas HP. Setelah ngecas hp
yang lowbat, baru bersalaman, haha budaya anak zaman sekarang memang diputar
balik, dan nggak pantas untuk di tiru. Ini becanda loh ya. pastinya bertegur
sapa dulu baru ngecas hp.
Nah, oborolan soal nasi pun di mulai. Pertama mengucapkan
selamat kepada Burhan tentang judul tulisan skrip dokumenternya yang lolos di
eagle award “Sketsa dua Kisah” yuk di vote, ini dari Lampung loh.
Nah, ya seputar obrolan soal sketsa dua kisahnya yang
lolos hingga masuk ke 5 besar ini luar biasa bagi saya. Nah kemungkinan di
tahun berikutnya Burhan dan kawannya tidak bisa ikut lagi, jadi saya minta
ajarkan cara membuat deskripsinya. Selama ini hanya berada pada penulisan novel
dan puisi, apalagi nulis curhatan, jadi saya belum tahu nih gimana menulis dan
sampai jebol di eagle institue. Siapa saja pastinya ingin dong punya karya yang
sampai tembuh di kancah nasional.
Nah, obrol si obrol Burhan juga punya mimpi yang sama
dengan saya, yakni bagaimana Pemuda di Lampung berkarya. Karena saya dan Burhan
percaya dengan potensi yang dimiliki pemuda-pemudi Lampung itu luar biasa.
Mungkin hanya akses dan tampil di muka kurang berani, termasuk saya. Memang seharusnya
jangan ragu dan harus mencoba. Setidaknya usaha yang dilakukan dapat dulu
dilihat oleh banyak orang sampai akhirnya diakui nasional.
Obrolan ini mengingatkan saya di hari sebelumnya, saat
saya memimpin program acara bincang tokoh dengan Isbedy Stiawan ZS, seorang
penyair yang disebut paus sastra. Siapa yang tak kenal beliau. Dalam dialognya
berulang kali Bang Isbedy menyebut-nyebut nama saya. Dia mencontohkan anak muda
yang memiliki karya dan mulai muncul dipermukaan dan ia percaya jika
pemuda-pemuda itu berani tampil di kancah nasional, bukannya tidak mungkin
mereka juga dipercaya bisa menjadi generasi muda Lampung yang gemilang.
Ketika yang lain sibuk kerja, kerja, kerja.. anak yang
punya kreatifitas jangan tinggalkan karya, karya, karya. Semoga dengan berulang
kalinya nama saya disebut Bang Isbedy memupuk keyakinan saya.
Burhan menjadi salah satu contoh parameter anak muda yang
sukses dan tembus di Metro TV, selamat sekali lagi. Kemudian hari saya berharap
bisa menyusul, bahkan lebih besar dan melampaui. Eh, iya harapan Burhan bisa
menang dulu ini acara, kalau menang dia akan memikirkan masa depan dunia
perfilman di Provinsi Lampung, terlebih dokumenter.
Gayung bersambut memang, semakin nyambung obrolannya,
dari film dokumenter yang sedang digarapnya bersama teman-teman Metro TV hingga
menanti kejuaraan, semoga menang Burhan.. saya pun menceritakan bahwa di
Lampung akan segera ada Bioskop Jalanan.
Apa
itu bioskop jalanan? Kata Burhan. Saya langsung menjelaskan, bahwa inilah wadah
kerinduan saya dan beberapa teman saya terhadap metode layar tancap. Mungkin anda
salah satunya. Begitulah sekiranya jika tidak lupa. He...
Bioskop
jalanan akan keliling dari satu tempat ke tempat lain untuk memperlihatkan
bahwa anak Lampung punya karya. Film-film yang dihasilkan tidak kalah hebat. Hanya
saat ini masalah tempat untuk apresiasi karya mereka, dan inilah cara yang kami
pilih, semoga berkenan, bukan ingin membuat wadah tandingan. Setidaknya frame
saya dan Burhan sama, setelah itu secara kolektif anak muda ini bisa bersatu
untuk membuat film secara besar di Lampung. Ini bukanlah hal yang tidak
mungkin, ini sangat mungkin. Terlebih legislator dan eksekutif mau mendukung,
mendorong, dan mensuport dalam hal tempat, ruang dan waktu.
Obrolan
semakin asik, kami pun membahas topik lain. Ini tentang Yustin Ficardo. Tenang ini
bukan obrolan haters, ini sebuah doa yang sangat baik. Ini tentang istri pak
gub menjadi duta baca.
Saya
dan Burhan sepakat mendukung, meskipun banyak pro dan kontra, yang penting
konsisten dengan terpilihnya Umi Yustin. Ini juga harapan komunitas yang ada di
Lampung. Jadi ingat Jendela Lampung bergerak bersama anak-anak TPA BAKUNG,
Bandar Lampung yang ingin bertemu si ibu. Semoga segera ya.
Nah,
Burhan awalnya menanyakan kok bisa jadi tim seleksi, saya ceritakan panjang
lebar yang sejujurnya terjadi sampai akhirnya Ibu Yustin terpilih. Semoga
berkenan, ini tulisan memang sebenarnya ingin saya tulis, eh lupa dan kebetulan
di ingatkan Burhan.
Saya
juga menayakan tentang kabar Pak Plt Sekda Provinsi Sutono. Eh ternyata sudah
definitif. Saya dan Burhan pun menceritakan sosok beliau. Tenang ini obrolannya
pun baik. Tidak ada negatif sedikitpun, justru kami mendoakan, karena di
kalangan masyarakat telah menebak-nebak bahwa sosok Pak Sekda saat ini pantas
untuk menjadi Calon Wakil Gubernur di masa mendatang, bahkan sampai menjadi
wakil gubernur.
Ini
persoalan tentang Pak Sekda mau tidak ya kalau buat Biografi perjalanan
karirnya sama dengan petani-petani yang ada. Kebetulankan beliau ketua DPW
PERHIPTANI, wadahnya kelompok tani. Kalau mau kenapa tidak kita sampaikan niat
baik ini, ini bicara dari ketakutan hanya batas rencana. Toh nanti hasilnya
kita bisa bantu dunia literasi 25% di kalangan anak tidak mampu, yatim piatu,
dan anak-anak membutuhkan lainnya melalui Yuk Menulis Indonesia. 50% untuk
biaya cetak, dan 25% untuk beberapa penulis yang mengerjakan. Negara ini harus diselamatkan dengan budaya
baca dan tulis. Jangan miskin baca dan tulis. Karena anak saat ini kreatif dan
punya karya yang baik.
Nah,
itu sekedar obrolan mimpi kosong di siang bolong. Tapi kalau memang serius di
tawari, wah alhamdulillah, ini siang bolong mimpi kosong, yang dikabulkan toh.
Setelah
perbincangan ini, saya dan Burhan kembali pada obrolan tentang kreatifitas anak
Lampung. Saya sedikit bercerita tentang keinginan saya bangun literasi di
Provinsi Lampung, beberapa skema sudah saya jelaskan ke Burhan, dan Burhan
sekedar mengangguk.
Lalu,
kita lihat beberapa akun instagram anak yang punya kreatifitas lainnya. Dia mengangguk
dan senyum, sedikit menjawab ketakjubannya. Lampung punya anak yang luar biasa
kreatifnya, hebat-hebat, hanya butuh tempat. Semoga kita tidak bosan
berkreatifitas. Sekali lagi jadi ingat Isbedy pada dialognya dengan AnTV Lampung,
Hobi jadi Sumber REZEKI. Terpenting nggak meres sana-sini (artian memaksa
sebuah kasus, kalau nggak mau diberitain ya uang damai) plis ini bukan jiwa kami.
Terimakasih,
selamat membaca...
5 komentar
Add komentarPanjang kali tulisannya... tapi keren, loh. Saya setuju kalau pada kenyataannya memang Lampung itu hebat. Ayo kita lebih hebatkan lagi! Yoga dan Burhan sebagian di antaranya. Semangat ya, Dik... 😊
ReplyPanjang kali tulisannya... tapi keren, loh. Saya setuju kalau pada kenyataannya memang Lampung itu hebat. Ayo kita lebih hebatkan lagi! Yoga dan Burhan sebagian di antaranya. Semangat ya, Dik... 😊
ReplyPanjang kali tulisannya... tapi keren, loh. Saya setuju kalau pada kenyataannya memang Lampung itu hebat. Ayo kita lebih hebatkan lagi! Yoga dan Burhan sebagian di antaranya. Semangat ya, Dik... 😊
ReplyNyimak, nyimak. Lumayan gurih . Sip. Kami mendukung ide yang baik
ReplyWow, keren obrolannya di warung nasi penuh bergizi dan banyak ilmunya. Aku dukung deh, yuk berkolaborasi.
ReplyBiasakan Tulis Komentar Usai Membaca