Pantai Karang Menyinguk, Sejarah Pantai Yang Memiliki Sarang Lebah Hitam Yang Kerap Menyengat
Pantai Karang Menyinguk,
Sejarah Pantai Yang Memiliki Sarang Lebah Hitam
Yang Kerap Menyengat
Nah, sahabat kali ini saya akan menuliskan yang lebih spesifik tentang Pantai Karang Menyinguk yang saya kunjungi. Pantai ini memang punya pesona dan tak kalah dari pantai lainnya. Selain itu, pantai ini memang jarang sekali dikunjungi sebagai lokasi wisata pilihan utama oleh masyarakat. terbayangkan betapa masih asrinya pantai ini.
Ketika turun dari mobil, saya tak henti-henti
berdecak kagum dengan suasana pantainya. Terlebih ada satu villa yang memang
disiapkan untuk para pengjung datang di Karang Menyinguk ini.
Deburan ombak yang begitu mesra dengan semilir
angin terus mengundang saya untuk berlari. Berlari, untuk cepat menikmati
lembutnya pasir pantai. Kearaban suasana pantai dengan hutan diseberangnya
semakin memperlihatkan bahwa lokasi tersebut memanglah masih asri, dan belum
banyak yang mengunjungi. Pantai yang bersih, air laut yang jernih, serta
keindahan-keindahan lainnya masih tampak begitu memanjakan mata saya.
Karang menyinguk sendiri memiliki nilai
historisnya bagi masyarakat setempat. Ini pantai kenapa disebut karang
menyinguk, itu dikarenakan pada zaman dulunya, pernah ada sarang lebah hitam
penyengat yang membentuk sebuah karang. Nah, lebah-lebah ini yang menjadi awal
mula pemberian nama.
Bayangkan saja pemirsa, sejak Desa Pagar Jaya,
Pesawaran, Lampung ini berdiri dulunya susah sekali untuk bertemu kepala
desanya. Nah, kebetulan memang pada 10 tahun terakhir sudah sangat dimudahkan
karena adanya pemekaran.
Ceritanya semakin seru, ketika memang sebelum
adanya kehidupan, ada beberapa masyarakat yang mencoba peruntungan untuk
berpindah dari Pulau Jawa, kelokasi ini. Yang dihadapkan adalah hutan belantara
dan keindahan pantai yang tiada tara. Semua masih sama dengan saat ini. Walaupun
perkembangan zaman dan sejarahnya hanya bisa disaksikan dalam bentuk cerita.
Di Pantai Karang Menyinguk ini wisatawan bisa
snorkling. Karena memang spot daivingnya masih sangat alami. Tanpa ada campur
tangan manusia. Tapi ingat, pantai ini masih sangat banyak bulu babinya. Eh,
bintang laut pun ada loh.
Di pantai ini ombaknya tidak terlalu besar
sahabat. Nah, dengan ekosistem lautnya yang banyak, ditambah pasirnya yang
lembut dan bersih, saya menggaransikan tidak akan ada penyesalan sahabat ke
pantai ini.
Nah, cerita yang semakin seru lagi. Melalui lokasi
ini, kita juga bisa diajak oleh nelayan setempat untuk melihat lumba-lumba. Namun,
sayang, ketika saya ingin melihat lumba-lumba melalui jalur Karang menyinguk,
ombak yang ada diseberang sana, lebih besar. Sehingga kami ragu untuk terus
melanjutkan perjalanan. Meskipun nelayan setempat menyatakan aman.
Nah, dari Bandar Lampung sendiri untuk ke lokasi
ini kita membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam lamanya menggunakan mobil. Kalau mau
ke sini naik motor juga keren loh. Eh, kalau mau ke sini, mampir ke rumah Pak
Kepala Desa ya, siapa tahu ada petunjuk dari dia di mana boleh menginap dan di
mana mencari makan.
3 komentar
Add komentarJadi pengen berkunjung. Tapi tak mau berenang. 😊
ReplyKapan-kapan ke sini lagi yuk Yoga, pengin
Replyboleh mas, saya masih penasaran dengan lumba-lumba di tempat ini, informasinya ada dan lebih bagus dari kiluan
ReplyBiasakan Tulis Komentar Usai Membaca