Jangan Salah Pilih Janda
Kalau mau menikahi janda, Jangan
Salah Pilih Janda
Fenomena pria bujang menikahi janda memang sudah tidak
lagi asing ditelinga kita. Dulu, sewaktu usia saya masih 17an, menikahi janda
itu adalah hal yang tergolong unik dan aneh. Kesan yang lebih aneh lagi jika si
bujang menikahi janda adalah guna-guna. “wah anak bapak dan ibu itu mau nikah
sama janda, pasti kena guna-guna,” dan sederet pertanyaan lainnya akan terus
dipertanyakan kenapa si bujan menikahi janda, setidaknya demikian yang kerap
saya dengar sewaktu remaja.
Karena
memang masih sangat asing sekali saat itu ditelinga saya, seorang pemuda justru
mencintai seorang wanita yang pernah atau telah bersuami untuk dijadikan
pendamping hidup. bukankah laki-laki itu pengennya yang perawan terus.
Sangat
ingat sekali saya, tentang cerita dari kawan ke kawan tentang seorang kawan
yang akhirnya menceraikan istrinya setelah malam pertama. Ini tentang keperawanan.
Istrinya pun bukan seorang janda. Tapi sudah tidak punya mahkota kegadisannya,
ya perawan itu tadi. Si kawan ini pun tidak bisa terima kenyataan, lalu
menceraikan.
Fenomena
kawan itu menjadi hal yang juga saya takuti. Bagaimana nasib kawan juga saya
alami. Semoga tidak terjadi. Tapi Allah sudah mengatur semua, prihal hidup
mati, rezeki, bahkan jodoh. Saya serahkan yang terbaik. Saya hanya akan
berusaha mencari yang terbaik. Sebaik-baiknya orang yang bisa mendampingi
kebaikan saya nantinya.
Nah,
itu sekilas tentang gadis bukan janda. Kalau belakangan ini menikahi seorang janda bukan lagi seperti hal
yang menggelikan. Bahkan, beberapa bujang dan janda dari kalangan artis pun
sempat meramaikan layar media tentang bujang menikahi janda.
Contohnya,
Andhika Pratama dan Ussy Sulistyawati. Caisar dan Indadari. Gunawan Dwi Cahyo
dan Okie Agustina. Yang ngehits Nazza dan Musdalifa, dan terakhir ada Stefan
William yang menikahi janda anak dua, Celine
Evangelista.
Tapi bukan itu yang akan saya bahas, bukan perkara mengikuti
model para selebritis kita harus menikahi para janda. Ini dia kriteria janda
yang memang pantas untuk dinikahi, jadi bukan asal menikahi janda loh.
Dari Abu Hurairah,
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
السَّاعِي
عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ،
وَكَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ
“Orang yang
berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang
berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan
menegakkan shalat di malam hari.”(HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)
Termasuk dalam
menolong para janda adalah dengan menikahi mereka. Namun janda manakah yang
dimaksud?
Disebutkan
dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim (18: 93-94), ada ulama yang mengatakan
bahwa “armalah” yang disebut dalam hadits adalah wanita yang tidak memiliki
suami, baik ia sudah menikah ataukah belum. Ada ulama pula yang menyatakan
bahwa armalah adalah wanita yang diceraikan oleh suaminya.
Ada pendapat
lain dari Ibnu Qutaibah bahwa disebut armalah karena kemiskinan, yaitu tidak
ada lagi bekal nafkah yang ia miliki karena ketiadaan suami. Armalah bisa
disebut untuk seseorang yang bekalnya tidak ada lagi. Demikian nukilan dari
Imam Nawawi.
Pendapat
terakhir-
Dari pendapat
terakhir tersebut, janda yang punya keutamaan untuk disantuni adalah janda yang
ditinggal mati suami atau janda yang diceraikan dan sulit untuk menanggung
nafkah untuk keluarga. Adapun janda kaya, tidak termasuk di dalamnya.
Mungkin memang
agak berat mengatakan janda adalah anugerah, secara banyak orang pasti
menganggap janda adalah musibah, janda adalah hukum karma dan sebagainya.
Bisa saja itu
betul karena riwayat seseorang, tapi tidak semuanya seperti itu, ada juga janda
yang dikarenakan memang mendapat ujian dari ALLAH Swt, bagian dari cobaan iman
dan bagian dari peningkatan kedekatan dengan ALLAH Swt.
Jadi janda
tidak sepenuhnya musibah, janda juga anugerah, takdir dan gelar yang diberikan
ALLAH Swt.
Jika ada yang
menikahi janda karena ingin menolong anaknya, maka ia akan dapat keutamaan
besar menyantuni anak yatim
Dari Sahl ibnu Sa’ad,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
« أَنَا وَكَافِلُ
الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا » . وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى ،
وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
“Kedudukanku
dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.”
[Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan
antara keduanya]. (HR. Bukhari no. 5304).
Selain itu, janda
juga pastinya memiliki pengalaman. Secara, sudah pernah menikah. Pastinya sudah
sangat paham tentang, asam manis dan pahit selama pernikahan. Maka seorang
janda yang hendak menikah lagi ini akan belajar dari pengalaman sebelumnya, dan
pastinya dengan semangat yang baru agar pernikahannya tidak kembali gagal.
Dengan apa yang
terjadi pada dirinya pun seorang janda akan lebih bersikap dewasa dalam urusan
rumah tangga, dan bisa lebih menyenangkan suaminya. Karena lagi-lagi soal
pengalaman agar tidak kembali gagal untuk kesekian kalinya.
Akan tetapi, kita
patut persiapkan secara matang adalah menikahi seorang janda harus punya
kesiapan ekstra. Tidak hanya materi. Tapi sikap dewasa yang harus lebih tinggi.
Terlebih harus sabar dalam menjawab pertanyaan dari para tetangga.
Kendati ada
keberkahan menikahi seorang janda. Rasulullah shalallahu ‘alihi wassalam
menganjurkan para pria untuk lebih mengutamakan perawan untu dinikahi, bukan
berarti beliau melarang seorang pria menikahi janda. Bukankah sebagian besar
istri beliau juga janda?
Nah, bagi kamu
seorang pria yang belum menikah, jangan hanya melihat perawan melulu, sesekali
tengoklah janda, siapa tau janda juga mendatangkan berkah lho. Eits dan ingat,
jangan sampai salah pilih janda.
He... salam damai. Semoga
tulisan ini bermanfaat.
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca