Bersama Terbang Menembus Batas
PerpuSeru: Transforming
Public Libraries through ICT
MENULISINDONESIA.COM
– Ini ilmu yang berharga dan bermanfaat. Setidaknya demikian yang bisa saya
simpulkan pada acara hari ini (30/11), melalui materi peningkatan kualitas SDM
melalui transformasi perpustakaan yang holistik dan integratif. Begitu juga
dengan materi-materi lainnya.
Banyak sekali contoh yang dipaparkan, dan dihasilkan
bagaimana merubah paradigma hidup melalui perpustakaan. Dari pendidikan,
kesehatan hingga pada kesejahteraan masyarakat.
Perpuseru
sendiri tahun ini merupakan tahun ketiga diselenggarakan. Akan tetapi, kehadiran
Perpuseru diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat luas, baik akses maupun
kegiatan yang nantinya akan menyentuh kebutuhan masyarakat pada umumnya tentang
peningkatan kesejahteraan diri dan masyarakat.
Beberapa
catatan: Jayapura itu punya perpustakaan, tapi kondisi disekitarnya yang tidak
membaca membuat perpustakaan jarang dikunjungi. Terlebih banyaknya aktifitas
keluar masuk penjara dan pengguna narkoba diwilayah setempat. Maka dari itu,
perpustakaan di sana tidaklah banyak. Ini juga salah satu sebab, selain dari
akses yang sulit untuk mendapatkan buku. Lalu, bagaimana pemerataannya.
Perpuseru hadir dan berupaya untuk terus menumbuhkan minat baca. Dengan bertumbuhnya
minat baca, dan aktifnya masyarakat mengunjungi perpustakaan bisa terus
meningkatkan ilmu pengetahuan. Lalu di aplikasikan dan mampu memberikan manfaat
secara luas.
Catatan
kembali juga disebutkan pemateri dalam hal ini dr. Erlin. Seorang dokter yang
juga aktif dalam dunia pustakaan. Contoh lainnya, Sragen. Wilayah ini
disebut-sebut paling banyak tenaga migran. Nah, dengan hadirnya perpustakaan
kini tenaga migran tersebut kembali ke daerah dan membangun kehidupan usai
aktif berkunjung dan membaca buku di perpustakaan. Bahkan, di Sragen sudah
tersedia IT untuk membantu dalam mensukseskan perpustakaan. Kini Sragen mampu
berdaya saing. Tenaga migran bukan lagi tenaga migran. Melainkan sudah membuka
lapangan pekerjaan.
Lalu,
Bali. Wilayah yang terkenal dengan surganya pulau di Indonesia ini jug terus
giatkan literasi. Perpustakaan juga ikut andil terhadap pola pikiri dan
peruubahan paradigma kepada ODHA positif. Mereka kini mandiri dan bersemangat
dalam menjalankan perpustakaan.
Begitu
juga Gunung Kidul. Dengan lahan yang tandus, kini dirubah menjadi lahan
hortikultura yang bisa memakmurkan masyarakatnya. Gunung Kidul, meski ada
sebagian petani tak bisa membaca, tapi bisa mengikuti petunjuk gambar dalam
mempraktikan ke tanah yang tandus untuk dikelola. Kini mereka merasakan manfaat
buku dan mereka sejahtera.
Saya
percaya, dan meyakini, bahwa untuk menggiatkan literasi, meningkatkan minat
baca memang butuh kerjasama. Ini bukan saja urusan perpustakaan, bukan juga
pemerintah daerah maupun pusat, tapi ini tentang kita. Keikutsertaan kita dalam
terus mengkampanyekan bahwa membaca itu bermanfaat itu adalah lahan, sedangkan
perpustakan itu pintu masuk. Mari sama-sama sukseskan kemandirian bangsa
melalui membaca.
“Eh,
mas yang menulis artikel ini, jangan berkata tinggi-tinggi nanti gila,” eh iya
pembaca yang budiman, saya memang sudah gila, tapi positif untuk berbuat baik
dan bermanfaat untuk orang banyak. Sekiranya sekilas ulasan saya dari
materi-materi yang saya peroleh. (*)
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca